Tipu-Tipu Ala SIG

Sistem Informasi Geografis (SIG) telah dikenal luas sebagai 'tool' yang dapat membantu pekerjaan manusia dalam menganalisis atau mengevaluasi informasi yang berkaitan dengan kondisi geografi suatu daerah tertentu. Namun demikian, dalam menampilkan informasi geografi seorang ahli SIG perlu kehati-hatian dan kecermatan, karena ada suatu efek tipuan mata yang dapat terjadi. Efek tipuan mata ini tidak akan dirasakan oleh pengguna, tetapi jika ia tidak cermat dalam melihat informasi spasial, maka ia dapat memperoleh kesan yang keliru terhadap informasi yang dilihatnya.

Akhir-akhir ini dunia dirisaukan oleh penyebaran virus SARS yang belum ada obatnya. Hampir semua negara mewaspadai penyebaran SARS agar jangan sampai masuk ke negaranya masing-masing. Para ahli SIG juga tidak mau ketinggalan, dan berusaha untuk menampilkan informasi tentang penyebaran SARS di seluruh dunia. Ada 2 alamat situs http://www.esrihk.com/SARS/Eng/sars_eng_main.htm dan http://www.maptell.com/maps/webmap/world/worldsars.htm yang menunjukkan penyebaran virus di berbagai negara di belahan dunia ini. Informasi spasial ini tentu sangat bagus, informatif dan berharga, tetapi pemerhati informasi tersebut karena sebenarnya dapat ‘secara tak sengaja’ tertipu.

Coba bayangkan (misalkan) jika ada 1 orang yang terkena virus SARS di negara Singapura, dan 1 orang lagi di Cina. Boleh saja digunakan legenda warna kuning untuk negara yang terdapat kurang dari 10 penderita SARS, dan negara-negara yang tidak terjangkiti SARS diberi legenda warna hijau. Apa yang terlihat? Pemerhati tentu mendapat kesan bahwa di Cina virus SARS sudah begitu luas penyebarannya dibandingkan di Singapura. Padahal di kedua negara tersebut masing-masing hanya ada 1 penderita saja.

Sekarang coba bayangkan (misalkan) di Indonesia terdapat 1 penderita SARS dan di Australia terdapat 1 penderita SARS, dan kedua negara tersebut diberi legenda warna kuning. Bagaimana kesan ketika melihat kedua negara tersebut? Kesan pertama adalah penyebaran SARS di Australia jauh lebih besar daripada di Indonesia. Sama seperti contoh pertama di atas, disini juga terjadi kekeliruan kesan.

Anda boleh saja memakai contoh ekstrim lain, misalnya ada 100 penderita SARS di negara Singapura dan 1 penderita di negara Australia. Bagaimana kesan pemerhati peta distribusi SARS di dunia tersebut? Mungkin yang terlihat hanya negara Australia sedangkan negara Singapura tidak terlihat karena kecilnya.

Dimana sumber kekeliruan dan tipuan mata pada informasi spasial tersebut? Yang pertama adalah data statistik penderita SARS ‘diletakkan’ pada daerah yang luasnya tidak sama. Negara Cina jauh lebih luas bila dibandingkan dengan luas negara Singapura, bahkan, dalam pengamatan secara spasial negara Singapura akan ‘tenggelam’ dalam negara Cina.

Yang kedua, adalah kerapatan atau sebaran daerah. Daerah negara Indonesia yang dipakai dalam contoh di atas hanya yang daratan saja dan karena letaknya terpencar-pencar, maka kesannya adalah ‘kecil’ dibandingkan dengan Australia yang wilayah daratannya ‘padat’ menyatu.

Penggambaran perbandingan data statistik dengan menggunakan luas daerah memang dapat menimbulkan kesan keliru atau tipu-tipu terhadap mata pengguna informasi. Jadi, siapa mau ditipu?

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.