What is Internet Marketing???

Setelah membaca majalah MARKETING (edisi 08/V/Agustus 2005) muncul pertanyaan besar: apa definisi Internet Marketing itu sebenarnya? Keraguan muncul (kembali) setelah membaca artikel-artikel di majalah ini. Kok seperti mengalami kemunduran…. Beberapa uraian pada majalah itu adalah: Internet Marketing di Indonesia, antara Mimpi dan Realitas (hal. 26-28) “…Sebenernya apa sih definisi dari Internet Marketing? Untuk soal definisi, beberapa pakar atau pengamat tampaknya tidak sepakat dalam soal definisi. Valens Riyadi, pengamat IT misalnya, menganggap internet marketing tersebut hanya berkisar pada perusahaan yang benar-benar memanfaatkan internet sebagai satu-satunya marketing channel. Artinya dia tidak menganggap perusahaan yang memiliki produk atau perusahaan di dunia nyata dan juga di dunia maya sebagai internet marketing. Sebaliknya, Bob Julius Onggo lebih luas lagi memandang definisi internet marketing. Menurutnya, setiap perusahaan yang sudah memanfaatkan internet untuk tujuan promosi pun telah melakukan internet marketing. Definisi yang menjembatani keduanya adalah berasal dari Rudianto Prabowo, Pengamat e-bussiness ini melihat perusahaan yang melakukan internet marketing ada dua perspektif. Pertama adalah perusahaan brick and click. Artinya perusahaan yang melakukan transaksi di dua channel (offline dan online). Kedua adalah perusahaan pure play, artinya perusahaan yang benar-benar melakukan transaksi hanya di dunia maya. DI luar itu adalah perusahaan brick and mortar, yakni perusahaan pada umumnya yang hanya ada di dunia nyata. Rafi A Mohammed dalam bukunya Internet Marketing mendifinisikan internet marketing sebagai proses dalam membangun dan mempertahankan customer relationship melalui aktivitas online yang merupakan pertukaran ide, produk, jasa yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan. Berdasarkan definisi ini terlihat pada internet marketing terkadung aktivitas yang merupakan transaksi online, baik ide, produk maupun jasa yang ujung-ujung nya adalah kepuasan pelanggan.Definisi ini merupakan pengembangan dari definisi marketing sendiri yang mencakup hal-hal seperti proses, transaksi, produk, jasa dan kepuasan pelanggan. Penekanan transaksi agaknya cukup ditekankan oleh Rafi. Oleh karenanya, perusahaan yang hanya sekedar menempel profil perusahaan di internet tidak disinggung dalam bukunya, karena perusahaan ini hanya menjalankan sebagian kecil aktivitas pemasaran. …” Masih ada beberapa artikel-artikel mengenai Internet Marketing pada majalah ini, untuk lebih lengkapnya silahkan download PDF file yang berisi hasil scan beberapa halaman dari majalah tersebut (koreksi: bukan beberapa halaman, tapi seluruh halaman yang mengulas mengenai Internet Marketing).

Pada bagian lain dituliskan secara jelas bahwa website yang mewakili Internet Marketing hanyalah Google, Yahoo, Detik.com, KCM.com, weddingku.com, mobilku.com (sebagai website penjual jasa atau informasi dan berpenghasilan utama dari pemasang iklan atau banner) kemudian ada Amazon.com, Indokado.com, lipposhop.com (ketika masih ada), bhinneka.com yaitu sebagai website yang membuka atau melakukan transaksi secara online dan transaksi tersebut adalah satu-satu nya sumber revenue website tersebut. Kalau seperti itu, lalu termasuk apakah friendster.com, flickr.com, yang tidak ada informasi atau jasa yang mereka jual melainkan hanya fun. Banyak juga website-website game online, pay virtual chat, masuk kemana juga website-website yang fungsi nya adalah media promosi atau branding dari sebuah produk seperti website Coca-Cola. Apakah coca-cola pernah menjual sebotol atau bahkan 1 krat coca-cola melalui web nya? Apakah coca-cola mencari keuntungan dari membuka space-space banner? Apakah dengan demikian website coca-cola tidak mendukung penjualan dari coca-cola itu sendiri? Kalau memang tidak kenapa semua website coca-cola dari masing-masing negara saling berkompetisi untuk membuat website coca-cola yang bagus? Apakah website coca-cola melakukan Internet Marketing?

Pada buku Deep Branding On The Internet, Marc Braunstein & Edward H. Levine, dikatakan bahwa Internet Bussiness yang sesungguh nya adalah website yang menggantungkan seluruh bisnis nya pada jalur internet. Yang masuk dalam kategori ini adalah perusahaan website portal seperti Yahoo, Msn. Hal ini termasuk juga perusahaan-perusahaan Internet Service Provider (ISP). Terdapat juga dibuku Webmastering fo Dummies, Daniel A. Tauber & Brenda Kienan, terdapat penjelasan: “… Way back in the nether years of the Internet, lots of people thought e-commerce meant plain and simply bussiness selling online (to consumers). But that was before the world wide imagination kicked in. These dayas, business-to-business (b2b) Web sites are as common as business-to-consumer (b2c) sites, and a staggering array of business activities take place online, ranging from small to to the mighty, and from sales to collaborative product development and more. Commerce is business, and e stands for electronic, so e-commerce, friends, is bussiniess conducted electronically. All business. (or should we say all kinds of business.) E-commerce includes creatingm managing, conducting and extending commercial relationships by using th Internet as a vehicle. Of course selling is one e-commerce activity, but even selling via th Internet ca take many forms, including Selling directly to consumers: Selling via web site with a transaction system Providing purchase support: Offering (on th Web site) all the relevant information necessary to make a buying decision, along with a method for finding a brick-and-mortar location where customers can actually buy the product. Generating leads: Providing product info and enabling customers to contact a sales rep Offering aggregate buying: Allowing groups of cutomers to pool their orders to get volume dicounts from the seller. … … B2C in action Beyond simple and not-so-simple sales scenarios, b2c e-commerce can take many forms. Think back to our big-picture list of potential purpose a Web site can fulfill - sell, educate, inform, promote, entertain, research and report, build or serve community, facilitate collaboration, you know the drill. B2B in action It’s been said that b2b is where it’s at. As of this writing, reserchers and pundits alike have predicted an explosion of b2b activity. Like b2c Web sites, b2b sites cab run the gamut. They can sell, educate, inform, promote, entertain, research and report, build or serve community, or facilitate collaboration and work flow. …”

Jadi sebenarnya apa itu definisi Internet Marketing atau Internet Bisnis? Apakah sedangkal yang ditulis pada majalah Marketing? Definisi yang ditulis disana rasanya memang tepat dibaca pada saat jaman internet booming di Indonesia. Mungkin sekitar tahun 1997 s/d 2000. Tapi untuk saat sekarang internet sudah berkembang begitu luas dan jauh. Internet Bisnis atau Marketing tidak melulu jualan online (transaksi lewat internet), revenue dari banner space, search engine placement, email marketing dan teknik-teknik tradisional lainnya. Website (kini) sudah menjadi tempat berkumpul komunitas, media komunikasi tanpa batas, tempat aktualisasi diri, pendukung bisnis nyata, media pendukung brand, dan lainnya, dan lainnya, dan lainnya. (Menggambarkan peluang bisnis online sama tidak mungkin nya mendeskripsikan jenis-jenis bisnis dunia nyata, terlalu banyak!) Dalam dunia berjualan pasti ada 2 jalan. Langsung berjualan dan berjualan dengan promosi. Kedua ujungnya adalah ROI (Return of Investment). Jika media internet Indonesia (saat ini) mempunyai hambatan dalam keamanan transaksi online maka celah bisnis nya adalah berada dijalan yang satu lagi. Internet sebagai media promosi merupakan ‘lahan basah’ saat ini. Hanya saja semua kembali lagi bergantung dari strategy promosi dalam media tersebut. Mana yang lebih menarik: “Beli produk saya!” atau “produk ini sangat tepat untuk Anda, karena produk ini memberikan keuntungan bla bla bla…” Terima kasih kepada majalah Marketing (HANYA) karena mengejawantahkan optimisme nya terhadap perkembangan Internet Marketing di Indonesia.

3 Type of Visitor

Visitor atau pengunjung website dapat dibagi menjadi 3 bagian:

1. Truth Member

2. Yes or No to Join

3. Blank People

Truth Member

Visitor ini adalah mereka yang sudah menggunakan sebuah produk atau juga jasa. Mereka bergabung menjadi member ke website produk/jasa karena ingin memanfaatkan keuntungan lebih dari produk atau jasa yang mereka gunakan. Untuk jenis visitor ini jelas sebuah website harus bisa menciptakan fasilitas-fasilitas khusus kepada mereka. Keuntungan yang mereka dapatkan sebaiknya relate langsung dengan produk/jasa yang mereka gunakan. Misalnya: special discount untuk belanja di outlet, online check point status, dll

Yes or No to Join

Jenis visitor ini adalah para pengunjung web yang belum yakin untuk menggunakan barang atau jasa. Bagi mereka yang sudah lebih tertarik mereka butuh akan informasi-informasi tambahan agar mereka lebih yakin. Bagi mereka masih sedikit tertarik mereka rela meluangkan waktunya untuk mendalami informasi-informasi seputar barang/jasa. Biasanya mereka cukup aware akan alamat website barang/jasa nya karena memang mereka punya keinginan (sedikit/labih) untuk mencari informasi-informasi tersebut.

Blank People

Seperti halnya blank page mereka memang masih ‘kosong’ akan informasi atau bahkan nama dari sebuah produk. Jangankan alamat website nya, nama produk atau jasanya saja mereka asing. Jadi untuk mereka perlu putar otak untuk menyediakan feature-feature yang menarik. Feature-feature ini bisa jadi tidak berkaitan langsung dengan produk/jasa nya. Jadi memang pada dasarnya membuat komunitas baru dahulu. Feature-feature yang unique tentu akan menjadi daya tarik terbentuk nya sebuah komunitas. Ada jalan singkat lainnya, gratisan atau give away tidak pernah basi! Siapa sih yang seneng gratisan. Hal ini menjadi cara paling mudah untuk menarik visitor. Siapapun pasti akan tertarik. Sesederhana “ada gula pasti ada semut”. Penentuan target visitor mana yang dituju dari sebuah website tentu akan meruncingkan pembentukan web strategy nya.

Branding in Community

Virtual Community atau Online Community mempunyai tingkat kepercayaan sangat tinggi. Mereka itu seperti sekumpulan ibu-ibu arisan yang melakukan pertemuan terus menerus. (Ibu-ibu arisan kalo jualan apapun pasti aja laku, sebagai penjual mereka punya kedekatan hubungan antar anggota sebagai modal kuat untuk ‘memperdaya’ pembeli, pembeli-pembelinya sangat percaya akan barang-barang yang ditawarkan penjual). Dengan mencontohkan larisnya jual beli di lingkungan arisan bukan berarti kepercayaan itu muncul untuk jual-beli. Kepercayaan justru lebih luas lagi, tidak hanya sekedar jual-beli tapi juga soal informasi yang beredar di komunitas itu. Komunitas Online bisa diandaikan seperti sebuah ‘tongkrongan’ yang didalam nya orang bebas datang dan pergi, ngobrol apapun (tentu seputar topik komunitas tersebut), mendapatkan berbagai keuntungan, bermain, cari informasi dan lainnya. Karena tongkrongan ini sifatnya santai, sebuah promosi Hard Sell jadi terasa kurang nyaman. Itulah kenapa soft sell, smooth branding, buzz marketing dan bentuk pengenalan produk tidak langsung lainnya bisa berjalan lebih efektif. Jadi, dibanding “Beli lah produk X karena.. bla bla bla”, kalimat “Ada yang bilang produk X cukup baik, bla bla bla” akan terdengar lebih terpercaya. Sebenarnya apakah hal yang bisa didapatkan dari sebuah komunitas. Simple… real data! Mulai dari data diri, wilayah, hobby sampai dengan media apa yang mereka gemari, ini semua bisa didapatkan secara nyata dan bisa keakuratannya bisa dipercaya. Bayangkan bila pemilik produk bisa mengetahui hal-hal tersebut, tentu mereka bisa menyusun strategy marketing lebih akurat dan taktis, pengembangan produk juga lebih tepat dan strategi-strategi jitu lainnya. Tetapi, bagaimanakah masuk atau mendapatkan Komunitas Virtual ini? Ada beberapa cara untuk mendapatkan komunitas ini,

1. Support Existing Community

Ada beberapa komunitas online, terutama Milis yang bertemu (make/join milis) karena sama-sama menggunakan sebuah produk. Misalnya milis pengguna PDA Palm, pengguna Mobil Honda Jazz, dan masih banyak lainnya. Tidak terlalu sulit untuk mengumpulkan orang-orang di komunitas ini, karena komunitas ini memang sudah terbentuk. Biasanya mereka ‘bertemu’ karena punya masalah, si A punya masalah dan si B pernah melewat masalah itu, sedangkan si B punya masalah lain dan si C punya solusi nya. Dan seterusnya. Intinya adalah mereka saling berbagi informasi. Komunitas ini akan terus berjalan dan membesar dengan atau tanpa dukungan dari ’si empunya’ produk. Akan menjadi plus point kepada pemilik produk jika mereka memberikan dukungan kepada komunitas ini. Tetapi dukungan yang diberikan tidaklah cukup pada legalisasi, pengakuan keberadaan, atau memberikan tips dan trick. Karena, sekali lagi, tanpa support dari pemilik produk pun mereka akan terus berjalan dan berkembang. Dan untuk Tips & Trick, jangan salah, bisa jadi mereka lebih tricky (baca: pandai memecahkan masalah) dari pada para ahli di pabrik pemilik brand tersebut. Dukungan dari pemilik produk harus dalam bentuk nyata dan dapat dinikmati keuntungannya secara exclusive bagi anggota komunitas tersebut. Dengan demikian kecintaan para anggota komunitas terhadap produk nya akan semakin tinggi, komunitas pun akan semakin membesar dengan Buzz Marketing nya (bahkan akan menarik orang-orang yang bukan pengguna produk ini untuk masuk ke komunitas nya) dan pemilik produk pun mendapatkan penggemar fanatik mereka.

2. Build up the community

Kebalikan dengan uraian sebelumnya, yang ini pemilik produk lah yang proaktif membuat wadah. Pemilik produk akan memberikan seluruh fasilitas dan keuntungan untuk para anggota komunitas ini. Tantangannya adalah butuh waktu untuk membuat komunitas ini ‘terisi’. Community trust yang menjadi plus point dari komunitas pun agak susah terbentuk, penjelasan nya sederhana: karena mereka tidak terbentuk karena keadaan yang sulit (bandingkan perbedaan nya dengan uraian nomer satu yang diawali dengan berbagai masalah yang dihadapi). Kenyataannya berbagai individu lebih mudah bersatu ketika mereka berada didalam keadaan yang terjepit (baca: menghadapi masalah). Dengan berbagai fasilitas yang memanjakan justru bisa membuat mereka menjadi manja. Tapi disisi lain, komunitas jenis ini punya banyak gula sebagai daya tarik. Fasilitas-fasilitas nyata yang ‘dijual’ oleh komunitas ini tentu menjadi daya tarik sendiri bagi mereka yang tertarik pada sebuah produk.

3. Soft Branding at certain community

Untuk uraian yang ke 3 komunitas nya bisa sudah ada ataupun baru dibentuk. Tetapi yang pasti komunitas ini tidak secara langsung pengguna dari sebuah produk. Mereka bisa jadi adalah komunitas yang mempunyai kesamaan sifat dengan produk itu sendiri. Contoh: Jika sebuah produk minuman penambah energy memberikan informasi-informasi bagi orang yang gemanr berolah raga atau bisa dibilang gemar mengeluarkan energy. Si pemilik produk tidak serta merta mencekoki komunitas ini dengan produk-produknya, tetapi mereka hanya memberikan informasi umum yang sesuai dengan tujuan sebuah produk. Dengan demikian komunitas ini akan terbuka bagi siapapun tanpa ada batasan produk, tetapi pemilik produk tetap sah untuk melakukan branding produk mereka. Contoh: Djarum memberikan informasi-informasi seputar olah raga sepak bola di seluruh Indonesia. Bagi mereka non perokok Djarum tetapi penggila bola tentu akan menjadikan website Djarum sebagai tempat mencari informasi sepak bola. Tanpa mereka sadari komunitas ini akan terbentuk, berusaha mendapatkan fasilitas-fasilitas yang diberikan, dan kemudian muncul Community Trus, dan selanjutnya terjadi akan sama seperti pada uraian nomer 1. Kesimpulannya, jika pemilik produk ingin mendapatkan real data dari target marketnya (atau calon) temukan atau ciptakanlah komunitas nya. Gunakan Community Trust sebagai salah satu senjata marketing. Komunitas merupakan ‘pegangan’ untuk semua produk, baik barang ataupun jasa.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.